Penyakit Kanker Ovarium
Kanker ovarium merupakan jenis kanker yang muncul di ovarium atau di jaringan indung telur. Kanker ini lebih sering menjangkiti para wanita yang telah menopause dan juga wanita yang memiliki riwayat keluarga pengidap kanker ovarium. Jika masih stadium awal, pengobatannya bisa dibilang mudah, sayangnya penyakit kanker ovarium sering terdeteksi ketika sudah parah atau telah memasuki stadium lanjut.
Gejala Kanker Ovarium
Penyakit kanker ovarium jarang menunjukkan gejala ketika stadium awal. Umumnya kanker ini baru terasa ketika sudah stadium lanjut. Gejala yang dirasakan ketika stadium lanjut inipun juga mirip dengan penyakit lainnya sehingga tak jarang yang mengabaikannya. Berikut ini beberapa gejalanya:
- Cepat kenyang
- Perut kembung
- Mual
- Sakit perut
- Penunrunan berat badan
- Sembelit
- Sakit punggung bagian bawah
- Keluar darah dari vagina
- Nyeri saat berhubungan seks
- Perubahan siklus menstruasi.
Penyebab Kanker Ovarium
Penyebab penyakit kanker ovarium sendiri belum diketahui pasti. Namun beberapa faktor yang meningkatkan risiko antara lain:
- Merokok
- Menjalani terapi pergantian hormone
- Obesitas
- Menderita endometriosis
- Pernah radioterapi
- Memiliki riwayat keluarga yang terkena kanker ovarium
- Menderita sindrom lynch
Faktor Risiko Kanker Ovarium
Ada banyak faktor risiko untuk kanker ovarium, yaitu:
- Wanita yang memiliki sedikit anak. Semakin sedikit anak yang dimiliki seorang wanita, semakin tinggi risiko ia terkena kanker ovarium
- Wanita yang mengalami kanker payudara atau memiliki anggota keluarga yang memiliki kanker payudara
- Wanita yang melakukan terapi pengganti estrogen selama lebih dari 5 tahun
- Wanita lanjut usia.
Stadium Kanker Ovarium
Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi empat stadium, yaitu:
- Stadium 1
Kanker terdapat di salah satu atau kedua ovarium dan belum menyebar ke organ lain. - Stadium 2
Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim. - Stadium 3
Kanker telah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan kelenjar getah bening di panggul atau perut. - Stadium 4
Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, seperti ginjal, hati, atau paru-paru.
Diagnosis Kanker Ovarium
Diagnosis awal dibuat berdasarkan gejala yang dialami, riwayat kesehatan keluarga, dan hasil pemeriksaan fisik. Kemudian, pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosa, meliputi USG, pemeriksaan darah, ataupun biopsi.
- Pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut bagian bawah serta organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk, ukuran, dan struktur ovarium.
- Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam darah. Kadar CA 125 yang tinggi bisa mengindikasikan kanker ovarium. Namun, tes ini tidak bisa dijadikan patokan tunggal karena CA 125 bukan tes yang spesifik, kadarnya bisa meningkat pada kondisi lain yang bukan kanker, dan tidak semua pengidap kanker ovarium mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah.
Pengobatan Kanker Ovarium
Penanganan kanker ovarium bisa berbeda-beda pada setiap kasus, sebab ditentukan berdasarkan stadium kanker, kondisi kesehatan, dan keinginan pengidap untuk memiliki keturunan. Penanganan utama kanker ovarium adalah melalui operasi, kemoterapi, radioterapi ataupun pengobatan alternative.
1. Operasi
Prosedur operasi biasanya meliputi pengangkatan kedua ovarium, tuba falopi, rahim, dan omentum (jaringan lemak dalam perut). Operasi ini juga bisa melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening pada panggul dan rongga perut untuk mencegah dan mencari tahu jika ada penyebaran kanker. Dengan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, pengidap tidak lagi dapat memiliki keturunan
Namun, lain halnya dengan kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium dini. Pengidapnya mungkin hanya akan menjalani operasi pengangkatan salah satu ovarium dan tuba falopi, sehingga kemungkinan untuk memiliki keturunan masih ada.
2. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dijadwalkan setelah operasi. Ini dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Selama menjalani kemoterapi, dokter akan memantau perkembangan pengidap secara rutin guna memastikan keefektifan obat dan respons tubuh terhadap obat.
Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum operasi pada pengidap kanker ovarium stadium lanjut dengan tujuan mengecilkan tumor, sehingga memudahkan prosedur pengangkatan.
Setiap pengobatan berisiko menimbulkan efek samping, begitu pula dengan kemoterapi. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah melakukan proses kemoterapi di antaranya tidak nafsu makan, mual, muntah, lemas, rambut rontok, dan meningkatnya risiko infeksi.
3. Radioterapi
Di samping operasi dan kemoterapi, radioterapi merupakan tindakan lain yang bisa menjadi alternatif. Dalam radioterapi, sel-sel kanker dibunuh menggunakan radiasi dari sinar X.
Sama seperti kemoterapi, radioterapi dapat diberikan baik setelah maupun sebelum operasi. Efek sampingnya juga serupa dengan kemoterapi, terutama terjadinya kerontokan rambut.
4. Pengobatan Alternative
Pengobatan Alternative ada berbagai macam, diantaranya adalah dengan mengonsumsi Obat-obatan Herbal yang bisa membantu pengobatan atau pemulihan kanker ini dan bisa dicari dengan mudah. Akan tetapi, perlu pastikan bahwa obat Herbal yang anda pilih telah bersertifikat agar terjamin kualitasnya.
Komplikasi Kanker Ovarium
Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah memasuki stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh lainnya.
Beberapa komplikasi tersebut adalah:
- Perforasi atau lubang pada usus
- Penimbunan cairan di selaput paru-paru (efusi pleura)
- Penyumbatan saluran kemih
- Penyumbatan usus.
Pencegahan Kanker Ovarium
Kanker ovarium sulit untuk dicegah karena penyebabnya belum diketahui. Namun, mengonsumsi pil KB kombinasi diketahui dapat menurunkan risiko terkena kanker ovarium. Meski begitu, penggunaannya harus didiskusikan terlebih dahulu dengan Ahlinya.
Di samping itu, diskusikan terlebih dahulu dengan ahli jika Anda berencana menjalani terapi pengganti hormon untuk meredakan gejala menopause. Terapi ini berisiko menyebabkan kanker ovarium, terutama bila Anda memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium atau kanker payudara.
Selain itu, ada beberapa upaya mandiri yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko terserang kanker secara umum, yaitu:
- Menjaga berat badan agar selalu ideal
- Berhenti merokok
- Berolahraga secara rutin
- Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang.