Penyakit Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Anggapan biasa di masyarakat secara luas tentang mengorok seharusnya perlu dibenahi. Mengingat, mendengkur merupakan salah satu gangguan kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada saluran pernapasan. Penyakit ini dikenal dalam dunia medis dengan nama penyakit Obstructive Sleep Apnea (OSA).
Penyakit Obstructive Sleep Apnea (OSA)adalah suatu kondisi terjadinya penghentian aliran udara pernapasa selama 10 detik yang berakibat pada turunnya aliran udara dengan jumlah sedikitnya 30-50%. Hal itu menyebabkan kadar oksigen dalam darah mengalami penurunan. Jalan pernapasan mengalami sumbatan ketika tidur baik sebagian maupun secara total dan berulang-ulang. Akibat adanya sumbatan menyebabkan aliran udara menuju paru-paru kurang lancar alias tersendat.
Tersendatnya aliran udara pernapasan menuju paru-paru menyebabkan seseorang mengalami mendengkur saat tidur. Fase apnea atau heti napas menyebabkan seseorang terbangun karena ada rasa tercekik. Kejadian ini berulang selama 10-60 detik.kebiasaan mendengkur sebenarnya bukan hal biasa bagi tubuh. Hal itu menunjukkan bahwa tubuh mengalami gangguan kesehatan.
Gejala Obstructive Sleep Apnea
Gejala sleep apnea ini, umumnya meliputi:
- Mendengkur dengan keras dalam waktu yang lama hampir setiap harinya.
- Tersedak, mendengus, atau terengah-tengah saat tidur.
- Berhenti bernapas secara mendadak.
- Tubuh kelelahan, mengantuk sepanjang hari.
- Mulut kering dan sakit tenggorokan pada pagi berikutnya.
- Hipertensi (tekanan darah tinggi).
Jika jenis sleep apnea ini terjadi pada anak, kemungkinan mereka akan menunjukkan gejala berikut:
- Kesulitan bangun di pagi hari.
- Lelah atau tertidur di siang hari.
- Kesulitan memperhatikan atau menjadi hiperaktif.
Kalau sudah begini, obstructive sleep apnea dapat mengganggu kegiatan sekolah pada anak. Orang lain mungkin akan berpikiran bahwa anak memiliki masalah belajar atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Penyebab Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea atau OSA adalah kondisi yang terjadi saat otot pada bagian belakang tenggorokan terlalu rileks hingga menghalangi proses sistem pernapasan normal. Otot-otot tersebut menopang struktur mulut, termasuk bagian belakang atap mulut, potongan jaringan segitiga yang menggantung dari atap mulut (uvula), amandel, dan lidah.
Dalam kondisi obstructive sleep apnea, saat terjadi pemblokiran udara sebagian atau sepenuhnya, kadar oksigen dalam darah dapat menurun dikarenakan penghentian pernapasan (10-20 detik). Hal tersebut juga dapat menyebabkan penumpukan karbon dioksida.
Kurangnya oksigen menyebabkan otak Anda menjadi panik dan membangunkan tubuh untuk bernapas kembali. Gangguan tidur ini adalah hal yang biasanya terjadi dengan sangat singkat, sehingga Anda mungkin tidak mengingatnya.
Anda bisa bangun dengan napas pendek yang mengoreksi pernapasan. Anda dapat membuat suara dengusan, tersedak, atau terengah-engah.
Faktor Risiko Sleep Apnea
- Kelebihan berat badan
Kebanyakan pengidap masalah tidur ini adalah mereka yang kelebihan berat badan. Kelebihan lemak pada saluran napas bagian atas dapat menghalangi pernapasan.
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan obesitas, seperti hipotiroidisme dan sindrom ovarium polikistik, juga merupakan penyebab sleep apnea jenis ini.
Namun, tidak semua orang yang punya kelebihan berat badan itu mengidap gangguan tidur ini, begitu pun sebaliknya. Orang yang kurus juga dapat mengembangkan masalah tidur ini. - Jalan napas sempit
Jalan napas bisa saja menyempit secara alami, karena adanya amandel atau kelenjar gondok yang membesar. Akibatnya, kondisi ini menghalangi jalan napas Anda dan menyebabkan Anda mengidap obstructive sleep apnea. - Orang dengan masalah kesehatan tertentu
OSA relatif umum pada orang dengan tekanan darah tinggi (hipertensi), asma, diabetes, dan hidung tersumbat. Ketika Anda mengalami hidung tersumbat pada malam hari, saluran udara akan menyempit. - Kebiasaan merokok
Orang yang merokok adalah mereka yang cenderung mengalami gangguan tidr, seperti obstructive sleep apnea. - Jenis kelamin pria
Secara umum, pria dua kali lebih berpeluang untuk mengalami obstructive sleep apnea daripada wanita. Frekuensi kondisi itu meningkat pada wanita setelah menopause. - Riwayat keluarga dengan OSA
Jika Anda memiliki keluarga dengan obstructive sleep apnea, Anda cenderung mengalaminya juga.
Diagnosis Obstructive Sleep Apnea
Pada tahap awal pemeriksaan, pihak medis akan menanyakan gejala yang dialami oleh pasien, baik kepada pasien sendiri maupun kepada keluarganya, terutama yang tidur bersama pasien. Pihak medis kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik.
Setelah itu, pihak medis akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan pola tidur yang disebut sleep study. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memantau pola pernapasan dan fungsi tubuh pasien ketika sedang tidur, baik di rumah atau di klinik khusus di rumah sakit. Tes-tes yang dilakukan untuk mendeteksi sleep apnea adalah:
- Tes tidur di rumah
Pada pemeriksaan ini, pasien akan membawa pulang alat khusus yang dapat merekam dan mengukur detak jantung, kadar oksigen dalam darah, aliran napas, dan pola pernapasan ketika tidur. - Polisomnografi (nocturnal polysomnography)
Pada pemeriksaan ini, pihak medis akan menggunakan peralatan yang memonitor aktivitas jantung, paru-paru, dan otak, pola pernapasan, gerakan lengan dan kaki, serta kadar oksigen dalam darah saat pasien tidur.
Jika hasil tes menunjukkan bahwa pasien menderita obstructive sleep apnea, maka pihak medis akan merujuk pasien ke pihak medis THT untuk menyingkirkan penyumbatan pada hidung dan tenggorokan.
Penanganan Obstructive Sleep Apnea
Pengobatan utama untuk OSA adalah perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat, namun bisa Anda bantu dengan metode pengobatan berikut:
- Penggunaan CPAP adalah pengobatan sleep apnea lini pertama, dianjurkan untuk gejala moderat sampai berat karena cukup efektif dalam mengatasi gejala.
- Terapi tidur untuk menghindari berbagai kebiasaan yang mungkin memicu gejala.
- Operasi pembedahan untuk mengangkat jaringan yang mengganggu jalur pernapasan atau merekonstruksi jalur pernapasan agar tidak lagi menyebabkan sleep apnea.
Pengobatan Obstructive Sleep Apnea Di Rumah
Perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan berikut dapat membantu Anda mengatasi obstructive sleep apnea, antara lain:
- Kurangilah berat badan jika Anda kelebihan berat badan.
- Berolahragalah dengan teratur.
- Konsumsi alkohol secukupnya atau tidak sama sekali, dan jangan minum beberapa jam sebelum tidur.
- Berhentilah merokok.
- Gunakanlah dekongestan nasal dan obat alergi.
- Hindari posisi tidur telentang, sebaiknya anda tidur dalam posisi miring menghadap ke kanan atau ke kiri.
Komplikasi Obstructive Sleep Apnea
Jika tidak segera ditangani, sleep apnea dapat meningkatkan risiko penderitanya mengalami komplikasi berupa:
- Sakit kepala berkepanjangan
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Diabetes tipe 2
- Sindrom metabolik
- Penyakit jantung
- Gangguan fungsi organ hati
- Depresi.
Selain komplikasi di atas, Obstructive sleep apnea dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya dan menurunkan performa dalam bekerja maupun belajar. Obstructive Sleep apnea juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan saat berkendara akibat rasa kantuk dan penurunan kewaspadaan. Efek gangguan tidur ini tentu tidak baik bagi kesehatan.
Pencegahan Obstructive Sleep Apnea
Tidak ada cara pasti untuk mencegah bstructive sleep apnea (OSA), namun Anda bisa menurunkan beberapa risikonya, seperti:
- Menjaga berat badan tetap ideal, dengan menjaga pola makan tetap sehat dan aktif bergerak.
- Menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol pada malam hari atau menjelang tidur.
- Menjaga tekanan darah tetap normal dengan mengurangi makanan asin, rajin olahraga, dan tidur cukup.
- Mengikuti pengobatan medis dengan rutin, terutama jika Anda memiliki hipertensi, diabetes, atau penyakit asma. Selain rutin minum obat, lakukan perubahan gaya hidup menyesuaikan kondisi yang Anda idap.
- Menjagakualitas tidur Anda tetap baik, untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.