Penyakit Graves
Pada tahun 1830 seorang dokter bernama Robert J. Graves menemukan suatu penyakit yang diberi nama penyakit Graves. Penyakit ini menyebabkan ganasnya kelenjar tiroid yang disebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini juga bisa menyebabkan hipertiroidisme akibat hormon tiroid terproduksi banyak saat kelenjar tiroid terlalu katif.
Hormon tiroid sangat penting dalam mengatur fungsi tubuh. Seperti mengatur suhu tubuh, perkembangan otak, hingga sistem saraf. Tapi gangguan pun bisa terjadi saat berlebihnya kandungan hormon tiroid, contohnya pasa kulit, mata, siklus menstruasi, sampai gangguan vatal pada jantung.
Gejala Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala yang bervariasi. Gejala umumnya muncul ringan di awal atau bahkan tidak terlihat, lalu secara bertahap berkembang menjadi semakin parah. Beberapa gejalanya adalah:
- Pembesaran kelenjar tiroid (penyakit gondok)
- Tremor pada tangan atau jari tangan
- Jantung berdebar (palpitasi jantung) atau jantung berdetak tidak beraturan (aritmia)
- Perubahan pada siklus menstruasi, termasuk telat haid
- Disfungsi ereksi
- Kehilangan berat badan tanpa kehilangan nafsu makan
- Suasana hati mudah berubah
- Penurunan gairah seksual
- Sulit tidur (insomnia)
- Diare
- Rambut rontok
- Mudah lelah
- Mudah berkeringat
- Sensitif terhadap udara panas
Selain beberapa gejala di atas, sekitar 30% penderita penyakit Graves atau Graves’ disease mengalami sejumlah gejala khas, yaitu Graves’ ophtalmopathy dan Graves’ dermopathy.
Gejala Graves’ ophtalmopathy terjadi akibat peradangan atau gangguan pada sistem imun, yang memengaruhi otot dan jaringan di sekitar mata. Gejala-gejalanya antara lain:
- Mata menonjol (eksoftalmus)
- Mata kering
- Tekanan atau rasa sakit pada mata
- Kelopak mata membengkak
- Mata memerah
- Sensitif terhadap cahaya
- Penglihatan ganda
- Kehilangan penglihatan
Graves’ dermopathy lebih jarang ditemukan. Gejalanya adalah kulit yang memerah dan menebal seperti kulit jeruk. Graves’ dermopathy paling sering terjadi pada area tulang kering dan di punggung kaki.
Penyebab Penyakit Graves
Secara umum penyakit ini diakibatkan autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh yang mengalami gangguan.Hal ini membuat jaringan tubuh perlahan diserang oleh sistem kekebalan tubuh itu sendiri, dan membuat kelenjar tiroid mengalami kelainan. Meskipun penyakit ini tidak menular, namun bisa diturunkan pada keturunan kelak.
Faktor risiko penyakit graves, antara lain:
- Riwayat penyakit keluarga. Riwayat penyakit keluarga dengan penyakit graves maupun penyakit autoimun lainnya dapat menjadi suatu faktor risiko bagi seseorang. Terutama karena belum ada teori yang secara pasti dapat menjelaskan terjadinya penyakit ini, dicurigai bahwa ada gen tertentu yang diturunkan dan dapat menyebabkan kelainan ini.
- Jenis kelamin. Wanita lebih rentan menderita penyakit graves dibandingkan dengan pria.
- Usia. Umumnya penyakit graves menimpa seseorang di usia kurang dari 40 tahun.
Penyakit autoimun lainnya. - Emosi dan stres fisik. Kedua hal ini dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit graves, terutama pada pasien dengan riwayat penyakit keluarga serupa.
- Kehamilan. Kehamilan dapat menjadi suatu faktor yang meningkatkan kemungkinan seorang wanita menderita penyakit graves, terutama bagi wanita dengan faktor risiko lainnya.
- Merokok. Selain memengaruhi sistem imunitas tubuh, merokok juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit graves.
Diagnosis Penyakit Graves
Untuk mendiagnosis penyakit Graves, pihak medis akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan keluhan yang pasien alami, riwayat penyakit terdahulu, serta riwayat kesehatan keluarga.
Setelah itu, pihak medis akan memeriksa tanda vital pasien, mulai dari denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, hingga laju napas. Pihak medis juga akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan kelenjar tiroid di leher, dan mencari ada tidaknya Graves’ ophtalmopathy dan Graves’ dermopathy.
Untuk memastikan diagnosis, pihak medis dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk mengukur kadar hormon tiroid serta kadar hormon hipofisis yang mengatur produksi hormon dari kelenjar tiroid
- Tes yodium radioaktif, untuk melihat fungsi kelenjar tiroid dengan menelan zat yodium radioaktif dosis rendah
- Tes antibodi, untuk mengetahui keberadaan antibodi yang menyerang kelenjar tiroid
- CT scan atau MRI, untuk melihat pembesaran pada kelenjar tiroid
- USG, untuk melihat pembesaran pada kelenjar tiroid, terutama pada penderita yang sedang hamil.
Penanganan Penyakit Graves
Pengobatan penyakit Graves, antara lain:
Pengobatan penyakit Graves bertujuan untuk mengurangi kelebihan produksi hormon tiroid dan dampaknya bagi tubuh. Beberapa pilihan pengobatannya adalah:
1. Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat diberikan oleh dokter untuk menangani penyakit Graves di antaranya:
- Obat antitiroid, seperti methimazole dan propylthiouracil, untuk menghambat produksi hormon tiroid
- Obat penghambat beta, seperti propranolol, metoprolol, atenolol, dan nadolol, untuk mengurangi efek hormon tiroid pada tubuh, seperti detak jantung tidak beraturan, gelisah, tremor, keringat berlebihan, dan diare
2. Terapi yodium radioaktif
Terapi yodium radioaktif dilakukan dengan cara mengonsumsi pil yang mengandung yodium radioaktif dosis rendah. Pil tersebut berfungsi menghancurkan sel tiroid yang terlalu aktif, serta mengecilkan kelenjar tiroid, sehingga gejala akan berkurang secara bertahap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Terapi yodium radioaktif tidak direkomendasikan pada penderita yang mengalami Graves’ ophtalmopathy karena dapat membuat gejala semakin memburuk. Selain itu, terapi ini juga tidak boleh digunakan pada wanita hamil dan ibu menyusui.
Mengingat terapi ini bekerja dengan cara menghancurkan sel tiroid, pasien kemungkinan besar akan memerlukan tambahan hormon tiroid untuk meningkatkan jumlah hormon tiroid yang berkurang akibat terapi ini.
3. Operasi
Setelah operasi, pasien akan memerlukan terapi lanjutan berupa hormon tiroid sintetis untuk meningkatkan kadar hormon tiroid yang rendah akibat pengangkatan kelenjar tiroid.
Tindakan ini berisiko menyebabkan kerusakan pada saraf pengatur pita suara. Risiko kerusakan juga bisa terjadi pada kelenjar paratiroid, yang berfungsi untuk menghasilkan hormon pengatur kadar kalsium dalam darah.
Perlu diketahui, Graves’ ophtalmopathy bisa tetap bertahan walaupun penyakit Graves itu sendiri telah berhasil diobati. Bahkan, gejala Graves’ ophtalmopathy masih bisa memburuk hingga 3–6 bulan setelah pengobatan. Kondisi ini biasanya akan bertahan hingga setahun, kemudian mulai membaik dengan sendirinya.
Jika diperlukan, Graves’ ophtalmopathy akan diobati dengan pemberian kortikosteroid atau teprotumumab. Pada beberapa kasus, operasi mungkin dibutuhkan untuk mencegah kebutaan.
4. Perawatan mandiri
Selain beberapa penanganan di atas, pasien penyakit Graves juga dianjurkan untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, dengan melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
- Berolahraga secara rutin
- Mengelola stres dengan baik
Sementara itu, penderita yang mengalami Graves’ ophtalmopathy dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:
- Menggunakan air mata buatan, yang bisa diperoleh di apotek
- Mengonsumsi obat kortikosteroid, yang telah diresepkan oleh dokter
- Menggunakan kacamata hitam agar mata terhindar dari paparan sinar matahari
- Memberikan kompres dingin di mata
- Meninggikan bagian kepala jika hendak tidur
- Tidak merokok
Pasien dengan gejala Graves’ dermopathy juga dapat melakukan perawatan dengan menggunakan salep kortikosteroid, serta mengompres bagian kaki yang mengalami keluhan untuk mengurangi pembengkakan.
Komplikasi Penyakit Graves
Penyakit Graves yang tidak segera ditangani dapat berujung pada munculnya komplikasi berbahaya, seperti:
- Gangguan kehamilan, seperti kelahiran prematur, disfungsi tiroid pada janin, menurunnya perkembangan janin, tekanan darah tinggi pada ibu (preeklamsia), gagal jantung pada ibu, hingga keguguran
- Gangguan jantung, seperti aritmia, perubahan pada struktur dan fungsi jantung, serta gagal jantung
- Osteoporosis
- Krisis tiroid (thyroid storm)
Pencegahan Penyakit Graves
Penyakit Graves sulit dicegah karena penyakit ini tergolong penyakit autoimun. Meski demikian, Anda bisa menurunkan risiko terjadinya penyakit Graves dengan rutin melakukan pemeriksaan jika memiliki riwayat penyakit autoimun atau memiliki riwayat penyakit Graves dalam keluarga.
Selain itu, risiko terserang penyakit Graves juga dapat dikurangi dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti tidak merokok, menjaga berat badan ideal, serta berolahraga secara rutin.