Penyakit sarkoma kaposi merupakan salah satu jenis kanker yang tumbuh dan berkembang dari jaringan sel pada sekitar pembuluh darah, getah bening atau pembuluh limfa. Ada empat jenis dari sarkoma kaposi yaitu diantaranya endemik, epidemik, iatrogenik dan klasik.
Biasanya penyakit sarkoma kaposi muncul pada jaringan tidak normal dibawah kulit, kelenjar getah bening, selaput lendir pada hidung, mulut, dan tenggoroklan dan juga organ bagian dalam. Penampakannya biasanya berwarna merah atau ungu yang membentuk benjolan pada bagian permukaan kulit. Darah yang terkena tersebut biasanya disebut lesi.
Lesi paling sering muncul pada bagian kaki dan wajah. Lesi yang timbul pada bagian selangkangan bisa menimbulkan bengkak dan juga nyeri pada bagian tungkai dan kaki.
Penyakit sarkoma kaposi sering kali menyerang orang-orang yang memiliki masalah pada imun layaknya penderita penyakit HIV/AIDS. Pada umum nya kanker bermula pada saat sel-sel yang terdapat dalam tubuh berkembang dan mulai tak terkendali. Karena pada dasarnya sel pada hampir disemua bagian tubuh memiliki resiko menjadi kanker dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Lesi kulit pada Sarkoma Kaposi ditandai dengan:
Sarkoma Kaposi yang berkembang pada sistem pencernaan sering tidak menimbulkan gejala, tetapi tanda dan gejala dapat berupa:
Sarkoma Kaposi pada organ paru dapat ditemukan melalui pemeriksaan rontgen secara tidak sengaja dan tanpa gejala, tetapi tanda dan gejala dapat meliputi:
Sarkoma Kaposi disebabkan oleh infeksi virus yang disebut herpes virus terkait sarkoma Kaposi (Kaposi Sarcoma associated Herpes Virus—KSHV), juga dikenal sebagai human herpesvirus 8 (HHV8). Virus ini dapat ditularkan melalui hubungan intim atau dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui plasenta, karena virus ini dapat ditemukan di darah, air liur atau saliva, cairan vagina, dan cairan semen. Seseorang setelah terinfeksi virus ini tidak menimbulkan gejala apapun dan replikasi dari virus ini dapat ditekan dengan sistem kekebalan tubuh yang normal.
Jika kekebalan tubuh melemah atau turun, virus ini dapat bereplikasi dan menginfeksi sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan pembuluh limfa (sel endotel), kemudian virus membawa gen ke dalam sel endotel tersebut menyebabkan sel membelah terlalu banyak, tidak terkendali, dan sel dapat bertahan hidup lebih lama dari normalnya. Gen yang sama ini dapat menyebabkan sel endotel membentuk pembuluh darah baru dan juga dapat meningkatkan produksi bahan kimia tertentu yang menyebabkan peradangan. Perubahan ini pada akhirnya membentuk lesi kanker.
Faktor risiko terinfeksi virus KSHV adalah melakukan hubungan intim tidak aman, termasuk homoseksual yang melakukan hubungan intim melalui anus.
Infeksi KSHV dapat menyebabkan Sarkoma Kaposi, tetapi tidak semua orang yang terinfeksi dengan KSHV berkembang menjadi Sarkoma Kaposi. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus KSHV yang berkembang menjadi lesi Sarkoma Kaposi memiliki sistem kekebalan yang lemah. Beberapa faktor yang dapat melemahkan sistem tubuh, meliputi:
Untuk menentukan apakah lesi kulit yang tampak mencurigakan adalah sarkoma Kaposi, medis perlu melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, diantaranya
Biopsi pada lesi curiga Sarkoma Kaposi. Pengambilan sepotong kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Bila curiga terdapat lesi Sarkoma Kaposi pada organ lain, beberapa pemeriksaan penunjang ini dapat membantu mendiagnosa Sarkoma Kaposi, meliputi:
Beberapa penanganan yang biasa dilakukan apabila ukuran dari sarkoma kaposi belum besar dan belum banyak, yaitu seperti;
Apabila sarkoma kaposi sudah menyebar maka pasien disarankan untuk mengunakan obat-obatan yang mampu untuk membunuh sel kanker tersebut, seperti; vinblastine, doxorubicin, dan paclitaxel.
Lesi yang telah sembuh dapat kambuh kembali dalam beberapa tahun dan pengobatan dapat diulang kembali.
Upaya pencegahan Sarkoma Kaposi tergantung pada pengurangan kemungkinan infeksi KSHV. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan hubungan intim aman dan tidak berganti-ganti pasangan. Sampai saat ini tidak ada vaksin melindungi seseorang dari infeksi KSHV.