Penyakit Kanker Rektum
Seperti namanya, ini adalah salah satu jenis kanker yang menyerang rektum. Rektum sendiri adalah bagian akhir dari usus besar. Kanker yang terjadi di rektum ini juga sering disebut kanker kolorektal dan mulai muncul pada bagian dalam rektum.
Penyakit kanker rektum diawali dari polip prekanker yang bisa saja tidak berbahaya, namun pada beberapa kondisi jaringan polip ini kemudian berkembang menjadi sel kanker yang bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Jenis Kanker Rektum
Penyakit ini awalnya muncul dengan bentuk jaringan yang tumbuh di dinding rektum. Jaringan ini disebut dengan polip.
Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker dalam hitungan tahun, namun tidak semua polip berpotensi menjadi kanker. Berikut adalah jenis sel kanker yang berkembang di rektum:
- Adenokarsinoma
Adenokarsinoma ditemukan pada sebanyak 96% kasus kanker rektum. Sel kanker jenis ini ditemukan pada sel-sel yang membentuk lendir di dinding rektum. - Tumor karsinoid
Tumor jenis ini muncul pada sel-sel yang memproduksi hormon di usus. - Gastrointestinal stromal tumors (GIST)
GIST pertama kali berkembang di sel-sel dinding usus. Tumor ini kadang bersifat jinak dan dapat ditemukan di bagian mana saja pada saluran pencernaan. - Limfoma
Limfoma adalah jenis kanker yang menyerang sel-sel sistem imun tubuh. Kebanyakan limfoma berkembang di kelenjar limfa, walaupun tidak sedikit sel kanker ini berkembang di usus besar, rektum, atau organ tubuh lainnya. - Sarkoma
Sarkoma biasanya muncul pertama kali di pembuluh darah, lapisan otot, atau jaringan penghubung lain pada dinding usus besar dan rektum. Sel sarkoma yang berkembang di rektum tergolong sangat langka.
Gejala Kanker Rektum
Gejala kanker rektum tidak mudah diketahui oleh penderitanya. Biasanya ini baru bisa diketahui setelah pasien memeriksakan dirinya. Beberapa gejala dari kanker rektum inipun seperti gejala pada penyakit lain sehingga sulit untuk diidentifikasi. Beberapa gejalanya antara lain:
- Tinja bercampur darah
- Pendarahan pada anus
- Anemia
- Diare
- Rasa tidak nyaman pada perut
- Pusing
- Napas yang pendek
- Kelelahan
- Nyeri pada panggul
- Kelebihan nafsu makan
- Berat badan yang turun
- Dan rasa buang air besar yang tidak kunjung tuntas
Penyebab Kanker Rektum
Kanker rektum ini terjadi karena perkembangan sel yang abnormal atau sel yang rusak. Adapun penyebab kerusakan sel ini belum bisa diketahui pasti, hanya saja jika dibedakan dari faktor mutasinya, faktor pemicunya ada 2 yakni:
- Mutasi genetik turunan yakni mutasi genetik yang diakibatkan dari adanya salah satu anggota keluarga yang pernah mengidap kanker
- Mutasi genetik diperoleh yang mana ini terjadi karena faktor luar semisal jenis kelamin, usia, obesitas, pola makan tidak sehat, merokok, pernah memiliki riwayat penyakit radang pencernaan, menderita diabetes tipe 2 dan lain sebagainya.
Diagnosis Kanker Rektum
Untuk mendiagnosis kanker rektum, pihak medis akan menanyakan riwayat penyakit secara terperinci, kebiasaan-kebiasaan tertentu atau mencari faktor risiko terkait dengan kanker rektum. Kemudian, melakukan pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis pada seseorang yang dicurigai mengidap kanker rektum, meliputi:
- Pemeriksaan Rektum Digital : pihak medis akan memasukkan jari yang dilumasi, bersarung tangan ke dalam anus untuk meraba dinding rektum untuk merasakan adanya benjolan atau hal lain abnormal, seperti adanya darah pada sarung tangan setelah pemeriksaan ini.
- Kolonoskopi : Prosedur untuk melihat ke dalam rektum dan usus besar menggunakan selang berkamera untuk melihat dinding rektum dan usus besar atau kolon. Dari pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya massa, termasuk polip, area abnormal, atau kanker.
- Biopsi: Pengangkatan sebagian kecil jaringan yang dianggap tidak normal pada jaringan rektum kemudian dilihat di bawah mikroskop untuk memeriksa tanda-tanda kanker.
- Pemeriksaan Petanda Tumor Carcinoembryonic antigen (CEA) : CEA dilepaskan ke aliran darah dari sel kanker dan sel normal. Ketika ditemukan dalam jumlah yang lebih tinggi dari normal, itu bisa menjadi petanda kanker rektum atau kondisi lainnya.
- Pemeriksaan pencitraan lainnya : CT Scan, MRI, dan PET Scan dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis kanker rektum.
Dari pemeriksaan penunjang di atas, dapat ditentukan stadium kanker rektum untuk menentukan pengobatan yang akan dilakukan. Stadium dari kanker rektum secara sederhana, dapat dibagi menjadi
- Stadium 0 : Kanker rektum terbatas pada mukosa dalam rektum.
- Stadium 1 : kanker telah tumbuh ke lapisan yang lebih dalam dari mukosa rektum, yaitu pada dinding rektum tetapi belum menyebar ke luar rektum itu sendiri
- Stadium 2 : kanker telah tumbuh menginvasi dinding rektum dan jaringan sekitarnya, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening.
- Stadium 3 : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya tetapi tidak ke organ lain.
- Stadium 4 : kanker telah menyebar ke organ dan jaringan yang jauh seperti hati atau paru-paru atau disebut dengan metastasis jauh.
Penanganan Kanker Rektum
Pengobatan kanker rektum tergantung pada kondisi kesehatan pasien, serta lokasi dan stadium kanker. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan kanker rektum:
1. Operasi
Operasi adalah metode utama untuk mengatasi kanker rektum. Ada beberapa jenis operasi yang dapat dipilih oleh pihak medis, yaitu:
- Polipektomi, untuk mengangkat polip kolorektal berukuran kecil melalui prosedur kolonoskopi
- Endoscopic mucosal resection, untuk mengangkat polip kolorektal dan lapisan dalam usus besar, melalui kolonoskopi
- Bedah laparoskopi, untuk mengangkat polip yang tidak dapat ditangani dengan prosedur kolonoskopi
- Partial colectomy, untuk memotong bagian usus besar yang terserang kanker, bersama sebagian jaringan sehat di sekitarnya.
Pada pasien yang menjalani pengangkatan bagian kolon atau rektum yang terkena kanker, dokter akan melakukan anastomosis, yaitu penyatuan masing-masing ujung saluran cerna yang sudah dipotong dengan cara dijahit.
Jika bagian kolon yang sehat hanya tersisa sedikit dan tidak mungkin disambung, pihak medis akan melakukan pembuatan lubang di dinding perut untuk jalan keluar tinja (kolostomi) dan menempelkan kantong di bagian luar dinding perut. Tinja pasien akan keluar melalui stoma dan tertampung di kantong yang ditempelkan.
Kolostomi bisa bersifat sementara atau permanen. Kolostomi sementara dilakukan hingga bagian kolon yang dipotong pulih. Sedangkan kolostomi permanen dilakukan pada pasien yang telah menjalani pengangkatan rektum secara keseluruhan.
Operasi pengangkatan kanker kolorektal dapat diikuti dengan operasi pengangkatan kelenjar getah bening, untuk melihat apakah kelenjar tersebut sudah terkena kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk membunuh atau menghancurkan sel kanker. Kemoterapi dapat dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan ukuran kanker agar mudah diangkat. Selain itu, kemoterapi juga bisa dilakukan setelah operasi untuk mengurangi risiko kanker rektum kembali kambuh.
Pihak medis dapat meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat, seperti fluorouracil, capecitabine, dan oxaliplatin. Bila diperlukan, pihak medis dapat mengombinasikan obat kemoterapi dengan terapi target.
3. Terapi target
Terapi target adalah pemberian obat-obatan yang secara spesifik menargetkan gen, protein, atau jaringan tubuh yang berkontribusi dalam perkembangan sel-sel kanker. Obat yang digunakan dalam terapi target berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada sel-sel yang sehat.
Obat yang digunakan dalam terapi target dapat berupa obat tunggal atau kombinasi. Jenis obatnya antara lain bevacizumab, regorafenib, dan cetuximab.
4. Imunoterapi
Imunoterapi adalah pemberian obat-obatan yang merangsang daya tahan tubuh untuk melawan sel kanker. Terapi ini biasanya ditujukan untuk pasien kanker rektum stadium lanjut.
Imunoterapi bekerja dengan dua cara, yaitu:
- Obat yang mendorong sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker dengan lebih efektif
- Obat dengan kandungan senyawa buatan, yang meniru cara kerja sistem kekebalan tubuh.
5. Radioterapi
Radioterapi atau terapi radiasi adalah pengobatan yang menggunakan sinar-X atau proton untuk membunuh sel kanker. Radioterapi dapat dilakukan dengan menembakkan sinar radiasi dari mesin radioterapi ke lokasi kanker, atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam tubuh pasien (brakiterapi).
Radioterapi bisa dilakukan sebelum operasi untuk menciutkan ukuran kanker, atau setelah operasi untuk menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal. Jika diperlukan, radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi.
6. Ablasi
Ablasi digunakan untuk menghancurkan kanker yang yang telah menyebar ke hati (liver) atau paru-paru dan berdiameter kurang dari 4 cm. Ada empat teknik ablasi yang dapat digunakan untuk menangani kanker rektum, yaitu:
- Radiofrequency ablation, yaitu teknik ablasi dengan menggunakan gelombang radio berfrekuensi tinggi
- Microwave ablation, yaitu teknik ablasi dengan memanfaatkan suhu tinggi dari gelombang mikro elektromagnetik
- Ethanol ablation, yaitu teknik ablasi yang dilakukan dengan menyuntikkan alkohol tepat ke area tumor, menggunakan bantuan USG atau CT scan
- Cryosurgery atau cryotherapy, yaitu teknik ablasi yang dilakukan dengan membekukan tumor, menggunakan nitrogen cair.
7. Embolisasi
Embolisasi digunakan untuk menghancurkan kanker rektum yang telah menyebar ke liver dan berdiameter lebih dari 5 cm. Teknik ini bertujuan untuk menyumbat arteri liver yang memberi asupan nutrisi dan oksigen ke kanker. Embolisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
- Embolisasi arteri, yang dilakukan dengan memasukkan zat penyumbat arteri melalui kateter
- Kemoembolisasi, yang dilakukan dengan mengombinasikan embolisasi arteri dengan kemoterapi
- Radioembolisasi, yang dilakukan dengan mengombinasikan embolisasi arteri dengan radioterapi
8. Pengobatan Alternative
Salah satu pengobatan alternative yang disarankan adalah dengan mengonsumsi Obat-obatan Herbal yang dapat membantu menyembuhkan kanker. Akan tetapi, anda juga harus memastikan bahwa obat herbal yang anda pilih sudah bersertifikat dan terjamin kualitasnya.
Pencegahan Kanker Rektum
Berbagai upaya pencegahan kanker rektum, antara lain:
- Mengangkat polip rektum. Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip rektum, yang merupakan pertumbuhan jinak di dinding rektum. Deteksi dan pengangkatan polip-polip ini dengan kolonoskopi mengurangi risiko terkena kanker rektum.
- Melakukan skrining kanker rektum berdasarkan riwayat medis dan keluarga. Skrining biasanya dimulai pada usia 45 pada pengidap dengan risiko rata-rata, atau pada usia yang lebih muda pada pengidap dengan risiko lebih tinggi untuk kanker rektum.
- Diet tinggi serat (biji-bijian, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan) dan rendah lemak adalah dapat membantu mencegah kanker rektum.