Penyakit Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik merupakan istilah medis untuk menyebut kondisi kehamilan berada di luar kandungan. Artinya, pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar rahim yang kemudian menyebabkan janin tidak berkembang. Kondisi semacam ini pun harus segera mendapat penanganan untuk mengurangi risiko fatal.
Proses normal pembuahan sel telur umumnya terjadi di dalam tuba falopi atau saluran sel telur selama tiga hari. Setelah tiga hari, maka sel telur tersebut akan dilepaskan menuju rahim dan berkembang di dalamnya sampai waktu persalinan. Namun, kondisi ini tidak terjadi pada kehamilan ektopik.
Pada kehamilan ektopik, pembuahan justru tidak berlanjut pada tuba falopi melainkan organ lainnya. Selain di leher rahim, organ yang sering ditempeli sel telur pada jenis kehamilan abnormal ini adalah rongga perut dan indung telur.
Gejala Kehamilan Ektopik
Setiap kondisi yang tidak normal di dalam tubuh manusia pasti umumnya menimbulkan gejala. Gejala yang ditampilkan dalam kehamilan ektopik ini juga cenderung sama pada setiap wanita. Namun, di tahap awal biasanya gejala ini tidak begitu kentara sehingga harus melalui pemeriksaan lebih lanjut.
Beberapa gejala kehamilan ektopik yang sering dialami oleh penderita antara lain:
- Merasakan nyeri perut yang tidak biasa dan umumnya berjangka waktu cukup panjang setelah kehamilan diketahui.
- Terjadinya pendarahan dari vagina.
Jika kondisi semacam ini dialami, sebaiknya segera memutuskan untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan ke ahli untuk mengetahui kondisi janin dan rahim calon ibu.
Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh satu atau beberapa sebab berikut:
- Infeksi atau peradangan pada daerah saluran indung telur, sehingga terjadi perlengketan yang menutup jalan sel telur yang telah dibuahi menuju ke dinding rahim
- Jaringan parut dari bekas operasi daerah rahim dan panggul sebelumnya. Atau operasi yang melibatkan saluran indung telur dapat menyebabkan kehamilan ektopik karena adanya penutupan saluran indung telur
- Abnormalitas pertumbuhan dari janin, atau adanya cacat janin, yang menyebabkan hasil pembuahan tidak dapat menempel pada dinding rahim.
Selain kondisi diatas, ternyata kehamilan ektopik juga dikaitkan dengan beberapa faktor seperti riwayat penyakit endometriosis, gonore, Clamydia, sering mengalami keguguran, dan menjalani kebiasaan tidak sehat.
Faktor Risiko Kehamilan Ektopik
Ada beberapa risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik, salah satunya sebagai berikut:
- Usia saat hamil 35-44 tahun.
- Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
- Riwayat operasi daerah panggul atau perut sebelumnya.
- Penyakit radang panggul.
- Pembuahan yang terjadi setelah pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) atau setelah pengikatan saluran indung telur (steril).
- Merokok.
- Penyakit peradangan dinding rahim (endometriosis).
- Sedang dalam pengobatan kesuburan, karena beberapa obat dapat mempengaruhi jumlah produksi getah rahim, sehingga mempengaruhi implantasi pada hasil pembuahan.
Diagnosis Kehamilan Ektopik
Pihak Medis melakukan pemeriksaan daerah panggul dan perut untuk memastikan adanya perdarahan pada daerah sekitar yang diakibatkan pecahnya hasil pembuahan.
Beberapa pemeriksaan penunjang berikut diperlukan untuk memastikan diagnosis kehamilan ektopik:
- Tes kehamilan, pihak medis dapat meminta tes kehamilan dari darah berupa kadar hCG untuk memastikan pengidap benar-benar hamil.
- USG, dilakukan untuk melihat adanya kantong kehamilan pada lokasi-lokasi tertentu seperti di saluran indung telur. USG dapat dilakukan melalui
- Miss V (USG transvagina) atau dapat melalui dinding perut (USG abdomen).
- Darah rutin, tes darah rutin dapat dilakukan untuk melihat apakah pengidap mengalami anemia yang diakibatkan oleh perdarahan dari pecahnya kantung kehamilan. Dokter dapat merencanakan pemberian transfusi dari hasil tes darah rutin.
Penanganan Terhadap Kehamilan Ektopik
Sel telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh normal jika berada di luar rahim. Oleh karena itu, jaringan ektopik harus segera diangkat, agar pasien terhindar dari komplikasi serius. Ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani kehamilan ektopik, antara lain:
1. Suntik methotrexate
Kehamilan ektopik tahap awal dapat diatasi dengan suntik methotrexate. Obat ini akan menghentikan pertumbuhan sel ektopik, sekaligus menghancurkan sel yang sudah terbentuk. Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2-3 hari, sampai kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang.
2. Operasi laparoskopi
Pilihan lain untuk mengatasi kehamilan ektopik adalah dengan operasi lubang kunci atau laparoskopi. Melalui prosedur ini, dokter kandungan akan mengangkat jaringan ektopik dan bagian tuba falopi tempat jaringan ektopik menempel.
Namun bila memungkinkan, bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat. Hal ini bisa dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari
3. Operasi laparotomi
Untuk menangani pasien yang mengalami perdarahan berat akibat kehamilan ektopik, dokter kandungan akan melakukan tindakan darurat berupa laparotomi. Dalam laparotomi, dokter akan membuat sayatan besar di perut sebagai jalan untuk mengangkat jaringan ektopik dan tuba falopi yang pecah.
Pencegahan Kehamilan Ektopik
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan ektopik. Meskipun angka kejadiannya berkisar 1 dari 50 kehamilan, ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kehamilan ektopik:
- Membatasi jumlah pasangan seksual, untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi menular seksual.
- Menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks berisiko, untuk menghindari infeksi menular seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul.
- Tidak merokok, jika pengidap adalah perokok, berhenti merokok saat sedang hamil.