Penyakit Meningitis (Radang Selaput Otak)
Kasus kematian artis Olga Syahputra akibat penyakit meningitis sempat menjadi perhatian publik beberapa waktu lalu. Sebenarnya apakah meningitis atau radang selaput otak bisa begitu berbahaya? Penyakit radang selaput otak ini disebabkan oleh virus dan bakteri atau jamur pada kasus tertentu. Meningitis bisa sembuh dalam hitungan minggu, tetapi penyakit radang selaput otak bisa pula mengakibatkan hal lebih buruk yang mengancam jiwa penderita seperti kematian.
Gejala Meningitis
Gejala meningitis dapat berbeda-beda, tergantung tipe, usia, dan keparahan kondisi pasien. Gejala yang umumnya muncul pada penderita meningitis yang berusia di atas 2 tahun meliputi:
- Demam tinggi
- Leher kaku
- Sakit kepala berat
- Kejang
- Sensitif terhadap cahaya
- Mual atau muntah
- Sulit berkonsentrasi atau kebingungan
- Ruam
- Nafsu makan berkurang.
Pada bayi atau anak-anak di bawah 2 tahun, beberapa gejala yang muncul umumnya serupa dengan penderita meningitis yang berusia di atas 2 tahun, seperti demam tinggi, mengalami gangguan tidur, nafsu makan berkurang, dan kaku pada leher. Namun, terdapat beberapa gejala lain yang lebih spesifik, seperti adanya benjolan di bagian kepala dan bayi terus menangis. Ketika gejala ini muncul, pasien harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Penyebab Meningitis
Berdasarkan penyebabnya, meningitis terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Meningitis Bakterialis
Meningitis tipe ini disebabkan oleh bakteri dan dapat menular. Bakteri yang menyebabkan meningitis meliputi:
- Streptococcus pneumoniae
Bakteri ini sering menjadi penyebab meningitis bakterialis. Meningitis akibat bakteri ini kerap dikaitkan dengan infeksi bakteri ini di bagian tubuh lain, seperti pneumonia, sinusitis, atau endokarditis. - Neisseria meningitidis
Bakteri ini menyebar melalui air liur atau lendir saluran pernapasan. - Haemophilus influenza
Haemophilus influenza tipe B atau Hib adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis pada anak-anak. Selain meningitis, bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada darah, tenggorokan, kulit, dan sendi. - Listeria monocytogenes
Bakteri tipe ini umumnya terdapat pada makanan, seperti melon, keju, dan sayuran mentah.
Staphylococcus aureus
Bakteri tipe ini umumnya ditemukan pada kulit dan saluran pernapasan. Kondisi ini kerap di kaitkan dengan prosedur operasi di otak atau cedera otak.
2. Meningitis Virus
Virus yang menyebabkan meningitis meliputi virus kelompok enterovirus, virus herpes simplex, virus HIV, virus West Nile, atau virus mumps. Masing-masing jenis virus memiliki pola penyebaran dan penularan yang berbeda-beda.
Kondisi ini umumnya menimbulkan gejala yang tergolong ringan dan dapat pulih dengan sendirinya. Namun, pada beberapa keadaan kondisinya tetap membutuhkan perawatan dan bisa memburuk.
3. Meningitis Jamur
Meningitis yang disebabkan oleh jamur masih tergolong jarang terjadi. Meningitis tipe ini biasanya menyerang seseorang yang memiliki sistem imun lemah, seperti penderita kanker dan AIDS.
Beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan meningitis adalah cryptococcus, blastomyces, histoplasma, dan coccidioides. Jamur umumnya ini terdapat pada kotoran hewan seperti burung dan kelelawar. Penyebaran jamur dapat melalui tanah atau debu yang terkontaminasi dan terhirup oleh pasien.
4. Meningitis Parasit
Parasit penyebab meningitis, seperti Angiostrongylus cantonensis dan Baylisascaris procyonis, tidak disebarkan melalui kontak langsung. Parasit ini umumnya terdapat pada hasil bumi, serta kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan, unggas. Memakan makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.
Meningitis juga dapat dipicu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti cedera kepala, kanker, dan lupus. Penggunaan obat-obatan tertentu atau pernah menjalani tindakan medis seperti operasi otak juga dapat memicu munculnya meningitis.
Faktor Pemicu Meningitis
Ada beberapa faktor lain yang dapat memicu meningitis, di antaranya:
- Usia
Umumnya, meningitis virus muncul pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, dan meningitis bakteri muncul pada orang di bawah 20 tahun. - Kehamilan
Kehamilan meningkatkan potensi meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi berupa keguguran. - Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang ramai, seperti siswa yang tinggal di asrama, bisa meningkatkan risiko meningitis. - Melewati jadwal vaksinasi
Risiko akan meningkat apabila pasien melewati jadwal vaksinasi yang telah dianjurkan pihak medis.
Diagnosis Meningitis
Dalam mendiagnosis meningitis (radang selaput otak), awalnya pihak medis akan melakukan pemeriksaan fisik, mengamati potensi penyebaran penyebab meningitis di tempat tinggal pasien, menanyakan riwayat penyakit atau tindakan medis yang pernah dijalani, dan memeriksa faktor risiko lain. Kemudian, pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan melakukan tes untuk mencari tahu secara pasti penyebab meningitis. Tes yang dilakukan dapat berupa:
- Tes darah
Pihak medis akan mengambil sampel darah pasien untuk kemudian diperiksa lebih lanjut. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adakah mikroorganisme yang membahayakan di dalam darah pasien. - Pemindaian
CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk memeriksa pembengkakan atau peradangan di sekitar kepala. - Spinal tap (lumbal pungsi)
Dalam tes ini, cairan serebrospinal digunakan sebagai sampel untuk mendiagnosis meningitis. Penderita meningitis umumnya memiliki kandungan gula yang rendah serta terjadi peningkatan pada jumlah sel darah putih dan protein dalam cairan serebrospinalnya. - Tes PCR
Pihak medis juga dapat melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) atau tes molekular untuk melihat materi genetik virus dalam tubuh, apabila meningitis yang ada dicurigai disebabkan oleh virus.
Terdapat pula tes sederhana yang dapat dilakukan untuk memeriksa meningitis. Tes tersebut hanya menggunakan gelas sebagai medianya. Pihak medis akan menekankan gelas pada area kulit yang mengalami ruam. Apabila ruam yang ditekan dengan gelas tidak memudar, maka ruam tersebut bisa jadi merupakan ruam pada penderita meningitis. Namun, tes ini tidak bisa dijadikan patokan dan tetap harus dipastikan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain.
Penanganan Meningitis
Pengobatan meningitis harus disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut penjelasannya:
1. Meningitis Virus
Pada kondisi tertentu, meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh virus dapat pulih dengan sendirinya. Namun, jika kondisi meningitis yang disebabkan oleh virus tergolong parah, dokter mungkin akan meresepkan obat golongan antiviral, seperti acyclovir.
Pihak medis juga akan menganjurkan pasien meningitis virus untuk cukup beristirahat dan memperbanyak minum air putih.
2. Meningitis Bakterialis
Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri, pengobatan yang dilakukan dapat berupa pemberian antibiotik atau kortikosteroid. Dokter akan menyesuaikan antibiotik yang digunakan dengan bakteri penyebab meningitis.
Beberapa antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati meningitis adalah golongan sefalosporin, seperti cefotaxim dan ceftriaxone. Selain untuk mengobati meningitis yang disebabkan bakteri, penggunaan antibiotik juga menurunkan potensi terjadinya komplikasi, seperti kejang atau pembengkakan pada otak.
3. Meningitis Jamur
Radang selaput otak yang disebabkan oleh jamur diatasi dengan obat antijamur, seperti amphotericin B atau fluconazole. Pihak medis akan menyesuaikan tipe obat beserta dosis dengan kondisi pasien.
Dalam mengatasi meningitis tipe lain, pihak medis akan menyesuaikan pengobatan dengan penyebab yang menyertainya. Apabila meningitis disebabkan oleh adanya kondisi seperti kanker atau penyakit autoimun, maka pihak medis akan menganjurkan terapi atau obat yang bertujuan untuk menangani kondisi tersebut.
Komplikasi Meningitis
Komplikasi yang muncul akibat meningitis pada tiap orang dapat berbeda-beda. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi:
- Kehilangan penglihatan
- Kejang
- Gangguan ingatan
- Migrain
- Kehilangan pendengaran
- Arthritis atau radang sendi
- Gagal ginjal
- Syok
- Kesulitan berkonsentrasi
- Kerusakan otak
- Hidrosefalus.
Pencegahan Meningitis
Pencegahan meningitis dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Beberapa upaya di bawah ini dapat dilakukan dalam mencegah meningitis:
- Cuci tangan dengan benar tiap kali beraktivitas
- Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi
- Gunakan masker jika sedang sakit
- Rutin berolahraga
- Jangan berbagi makanan atau barang pribadi
- Pilih makanan yang telah dipasteurisasi
- Menghindari asap rokok
- Istirahat yang cukup.
Selain beberapa upaya di atas, pencegahan meningitis juga dapat dilakukan dengan menerima vaksinasi atau imunisasi. Pemberian vaksin bertujuan agar melindungi pasien dari penyebab seperti bakteri atau virus. Beberapa vaksin yang digunakan untuk mencegah meningitis meliputi:
- Vaksin pneumococcal, untuk memberikan perlindungan terhadap bakteri pneumococcal.
- Vaksin Hib, untuk melindungi pasien dari bakteri Haemophilus influenzae tipe B penyebab meningitis.
- Vaksin MenC, untuk melindungi pasien dari bakteri meningococcal grup C.
- Vaksin MMR, untuk melindungi pasien dari kondisi yang memicu meningitis, seperti gondongan, campak, dan rubella.
- Vaksin ACWY, untuk memberikan perlindungan pada pasien terhadap bakteri meningococcal grup A, C, W, dan Y.
- Vaksin meningitis B, untuk melindungi pasien dari bakteri meningococcal tipe B.