Penyakit Bisul Pada Anak
Bisul dikenal juga dengan istilah furunkel. Bisul merupakan infeksi yang terbentuk di sekitar folikel rambut dan mengandung nanah. Folikel akan membengkak dan berubah menjadi bisul ketika bakteri menginfeksi folikel rambut.
Mengutip Healthline, bisul mulanya muncul seperti benjolan yang terlihat jinak pada kulit. Kurang lebih mirip seperti jerawat, Bun.
Awalnya bisul muncul sebagai benjolan merah dan lunak. Benjolan tersebut dengan cepat terisi nanah. Bisul mengandung nanah sebagai upaya dari tubuh melawan infeksi.
Namun ketika infeksi semakin memburuk, bisul bisa menjadi keras dan menyakitkan. Bahkan ukuran bisul dapat meningkat lebih dari 5 cm. Kulit di sekitar folikel rambut yang terinfeksi juga bisa memerah, bengkak, dan lunak. Selain itu, kemungkinan muncul jaringan parut. Bisul biasanya paling sering ditemukan di daerah leher dan wajah.
“Bisul ini diakibatkan karena infeksi pada folikel rambut karena bakteri paling sering kegiatan yang kontak dengan air yang tercemar seperti pada saat banjir,” ucap dokter spesialis kulit dr. Galih Manggala, Sp.KK, dikutip dari detikcom.
“Dapat tumbuh di mana saja, terutama di area berambut seperti wajah, ketiak, leher, bahu, bokong.”
Melansir dari Medical News Today, individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, remaja, dewasa muda, lebih rentan terhadap bisul ketimbang anak kecil atau lanjut usia.
Faktor Risiko Bisul
Perlu diketahui juga, Bunda, ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan risiko seseorang terkena furunkel/bisul meningkat:
1. Diabetes
Kadar gula yang tinggi bisa mengurangi kemampuan sistem kekebalan tubuh merespons infeksi.
2. Obat
Beberapa obat dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
3. Kondisi kulit
Psiorasis, eksim dan jerawatan dapat meningkatkan kerentanan. Obesitas juga meningkatkan risiko terkena furunkel.
Gejala bisul Pada Anak
Furunkel/bisul berkembang dengan cepat berbentuk benjolan merah mudah atau merah. Sering kali menyakitkan. Kemudian kulit di sekitarnya berwarna merah, meradang, dan lunak.
Lesi atau jaringan abnormal tersebut sering muncul di bagian leher, payudara, wajah, bokong atau paha. Bisul muncul di bagian tubuh yang rentan terhadap keringat, gesekan, dan memiliki rambut.
Biasanya bisul dimulai pada folikel rambut. Dalam beberapa hari, benjolan tersebut berisi nanah dan semakin tumbuh. Seiring ukurannya yang membesar, rasanya akan semakin menyakitkan.
Sebetulnya bisul dapat hilang tanpa intervensi. Terkadang bisul pecah dan sembuh sendiri tanpa bekas luka dalam dua hari hingga tiga pekan.
Bisul umum dialami oleh kalangan remaja dan dewasa muda. Lebih spesifik, bisul ternyata lebih banyak dialami pria daripada perempuan. Hal ini disebabkan gaya hidup pria yang kerap tidak higienis sehingga meningkatkan risiko terkena bisul.
Penyebab Bisul Pada Anak
S. aureus juga dikenal sebagai bakteri Staph. Ia hidup di kulit dan biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas, seperti di dalam hidung serta tenggorokan.
Keberadaan S. aureus pada individu sehat jarang menyebabkan penyakit karena berperan sebagai karier. Selain itu sistem kekebalan tubuh membuat bakteri ini terkendali.
Namun, terkadang bakteri tersebut memasuki kulit lewat folikel rambut, melalui luka atau goresan di kulit. Ketika kulit terinfeksi, sistem kekebalan merespons dengan mengirim sel darah putih ke daerah yang terkena untuk menghancurkan bakteri. Nah, nanah itulah akumulasi bakteri mati, sel darah putih mati, dan kulit mati.
Pengobatan Bisul Pada Anak
Obat alami:
- Pertama-tama siapkan kain. Kemudian celupkan ke dalam air hangat. Kompres wajah selama 10 menit dengan kain tersebut. Lakukan hal ini beberapa kali dalam sehari agar proses penyembuhan bisul lebih cepat. Panas pada kain dapat menarik lebih banyak darah, sel darah putih ke daerah yang terkena bisul serta mendorong pelebaran pori dan pelepasan nanah.
- Hal penting yang patut diperhatikan adalah jangan lupa mencuci tangan dengan dengan seksama setelah menyentuh bisul. Hindari juga memencet bisul dan karbunkel agar tidak terjadi peningkatan risiko penyebaran infeksi.
“Bisul sebenarnya tidak boleh dipencet karena dikhawatirkan justru terjadi penyebaran bakteri, yang dapat mengakibatkan infeksi masuk lebih dalam ke soft tissue dan otot,” ujar Galih.