Penyakit Retinitis Pigmentosa
Retinitis pigmentosa mungkin masih asing di telinga awam. Penyakit yang satu ini menyerang bagian retina mata yang juga dikenal sebagai penyebab utama terjadinya rabun senja. Kondisi rusaknya sel batang pada retina dan menyebabkan penglihatan menjadi kabur disebut sebagai retinitis pigmentosa.
Gangguan retina semacam ini ternyata dialami sedikit orang di seluruh dunia. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya bisa dicegah dengan pola tertentu. Jadi, kondisi retinitis pigmentosa ini tidak dianggap sebagai penyakit berbahaya meski tetap harus diwaspadai.
Ketika seseorang merasakan gejala yang merujuk pada retinitis pigmentosa, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan lanjut. Kondisi ini memang belum terbukti bisa disembuhkan secara total, sehingga perlu dicegah untuk menghindari rusaknya retina secara permanen.
Gejala Retinitis Pigmentosa
Ternyata perlu diketahui bahwa retinitis pigmentosa bisa menunjukkan gejala saat seseorang masih usia anak-anak. Penglihatan yang mengalami gangguan secara perlahan ketika masa pertumbuhan ke usia remaja menjadi gejala yang kurang diamati para orang tua.
Beberapa gejala lain yang didiagnosa menjadi faktor awal retinitis pigmentosa antara lain adalah sebagai berikut:
- Mengalami penurunan penglihatan terutama ketika malam atau cahaya minim
- Hilangnya penglihatan utama dalam kasus lebih serius
- Hilang penglihatan sisi, yang membuat penderita hanya bisa melihat lurus ke depan
- Gangguan melihat saat malam, bahkan sama sekali tak bisa melihat ketika cahaya redup/gelap (rabun senja)
- Penyempitan bidang pandang, penglihatan seperti dibatasi frame hitam (tunnel vision)
- Terjadi kilatan cahaya dalam penglihatan (fotopsia)
- Mata sensitif terhadap cahaya terang (fotofobia)
- Tumbuhnya tulang spikula pada bagian terdalam retina (fundus)
- Penglihatan kabur
- Identifikasi warna memburuk
- Kebutaan total.
Penderita retinitis pigmentosa akan kesulitan menjalani kehidupan normal karena gejala-gejala tersebut. Terutama kala mereka beraktivitas pada malam hari. Penderita bisa terantuk batu hingga terbentur tembok karena tidak bisa melihat dengan jelas dalam cahaya redup. Itu sebabnya dibutuhkan tindakan pada retina oleh dokter untuk membantu memperbaiki penglihatan.
Penyebab Retinitis Pigmentosa
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian terhadap penyebab dari retinitis pigmentosa belum sepenuhnya menunjukkan hasil. Hanya saja, mutasi gen menjadi penyebab yang paling banyak diungkapkan para ahli untuk penyakit ini. Meski tidak menular, kondisi ini cukup merugikan penderitanya.
Diagnosis Retinitis Pigmentosa
Pihak medis akan menjalankan prosedur diagnosis seperti:
- Elektroretinogram (ERG) untuk mengukur aktivitas listrik sel fotoreseptor. Dalam tes ini, kilatan cahaya dikirim ke retina untuk melihat respons sel batang dan kerucut. Makin rendah respons, makin besar potensi terjadinya retinitis pigmentosa.
- Uji bidang visual untuk mengetahui tingkat kehilangan penglihatan pasien. Pasien akan diminta mengamati titik cahaya yang bergerak dan menekan tombol ketika cahaya terlihat. Prosedur ini menghasilkan peta bidang visual yang kemudian dianalisis untuk melihat kemampuan penglihatan.
- Uji genetis untuk melihat gangguan pada DNA pasien. Dokter akan mengambil sampel DNA pasien dan menelitinya guna mendeteksi ada-tidaknya kelainan pada gen.
Penanganan Retinitis Pigmentosa
Retinitis Pigmentosa tidak bisa disembuhkan dengan terapi apapun. Akan tetapi, beberapa pemberian vitamin A kepada penderita bisa memperlambat penyakit ini. Selain itu, antioksidan juga menjadi asupan paling tepat untuk mencegahnya. Meski demikian, pemberian vitamin A dosis tinggi juga dikhawatirkan memicu kerusakan liver.
Penanganan lain pada penderita yang sudah mengalami rabun senja sebagai akibat retinitis pigmentosa adalah dengan pemakaian kacamata. Memakai kacamata dengan pengamanan dari sinar ultraviolet bisa menjadi terapi untuk menjaga penglihatan penderita.